Laman

Senin, 31 Januari 2011

Perlengkapan Logistik (Pallet)

Logistik Yang Dipandang (tidak) PENTING

Logistik, satu kata yang menarik. Pengertiannya dari Yahoo Answer menjelaskan logistik sbb :

“Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengkontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar. Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori, pergudangan, dan pemaketan. berhubungan erat dengan pergudangan atau Warehouse, berfungsi menyimpan barang untuk produksi atau hasil produksi dalam jumlah dan rentang waktu tertentu yang kemudian didistribusikan ke lokasi yang dituju berdasarkan permintaan. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan warehouse adalah akurasi pergerakan barang dan menghitung rentang waktu barang disimpan. Dibutuhkan kontrol aktivitas pergerakan barang dan dokumen untuk meningkatkan efisiensi penggunaan warehouse agar jumlah dan rentang waktu barang disimpan dalam nilai minimum atau sesuai perencanaan”


Logistik dapat menentukan kebehasilan suatu sistem atau aktifitas, semisal saja Pemilu, Bisnis ataupun Usaha. Dalam kegiatan perkuliahan sendiri di Jurusan Manajemen atau Teknik Industri sering dibahas mengenai Logistik. Mata kuliah Manajemen Logistik biasanya merupakan spesifikasi dari Manajemen Operasi, topik-topik yang dibahas sangat menarik, antara lain : Forecasting, Inventory, Supply Chain Management, Supplier Reationship Management, Material Requirement Planning, Tata Letak Pabrik, Material Handling dsb, dll. Beberapa memang di cover pada mata kuliah lain namun beberapa topik dasar menarik adalah topik-topik yang saya sebutkan.


Teoritis?
Saya belajar, dan memahami beberapa topik di atas, meski tidak terlalu detail juga. Herannya di saat sekarang bekerja hamper seluruh topik di atas tidak berlaku dan tidak dapat (atau tidak mau dan tidak bisa) diaplikasikan. Semisal Forecasting tidak menjadi dasar permintaan, yang menjadi dasar permintaan adalah KEBUTUHAN. Jadi misalkan kebutuhan 5, terjual 2 maka akan terjadi pemesanan atau permintaan sebanyak 2. Hmmmhh… Di Forecasting pemesanan berdasarkan data historis, jadi kalau memakai average dan data historis yang digunakan adala 3 bulan maka saat terjadi penjualan selama 3 bulan sebanyak 6, 7 dan 5 maka akan terbentuk pemesanan sejumlah 6. Cara di atas juga dapat dikombinasikan. Entah mengapa menurut saya Permintaan barang suatu perusahaan terkadang berlawanan dengan berbagai macam teori yang dipelajari. Text book yang saya download tentang Supply Chain Management bahkan dapat merumuskan banyak hal yang lebih rumit dan kemungkinan bisa lebih baik atau bahkan lebih buruk.
Jadi apakah itu semua?Apakah sistem tidak mendukung teori, atau teori terlalu ideal?Tidak juga, ternyata ada faktor ketidaktahuan dari para pendahulu (pembuat system) sehingga metode yang berkaitan dengan logistik kurang mengikuti perkembangan jaman, atau di sisi lain teori itu sendiri melahirkan faktor resiko dari aktifitas logistik, sehingga dunia usaha memilih merumuskan teori sendiri, kalo begitu dimana letak teori kuliah? cukupkah sampai pada ijazah yang bertuliskan “A” pada mata kuliah tertentu? Saya kira tidak, 1001 hal bisa saya paksakan, seperti kata Einstein “Jika fakta tidak sesuai dengan teori maka ubahlah faktanya”….


Faktor Resiko
Resiko dari aktifitas logistik yang saya tahu adalah Selisih barang (hilang atau lebih), Kerusakan barang, Besarnya nilai IOH (Inventory on Hand) atau DSI (Day Sales Inventory), Stock Out hingga Potential Losses Sales. Beberapa Teori Kuliah dapat menjelaskan resiko-resiko di atas. Namun terkadang teori ini justru melahirkan resiko baru, semisal Forecasting. Misalkan dengan meramalkan akan membeli barang sejumlah 40 buah maka ketika permintaan sejumlah 43 maka terjadi stock out dan kehilangan potential sales yang tentunya sangat tidak disukai oleh dunia usaha, namun ketika permintaan dilakukan dengan faktor buffer tinggi, semisal 50, maka terjadi nilai Inventory on Hand yang tinggi artinya saat dimana barang yang dibeli tidak langsung menjadi uang. Ketika kuliah dulu Dosen menjelaskan dengan analogi tukang pisang goring yang memiliki angka IOH kecil, karena siang ini membeli bahan baku, maka sore harinya sudha jadi uang, semakin kecil nilai IOH maka semakin kecil nilai Inventory yang tentunya menyegarkan cashflow perusahaan.
Manajemen faktor resiko ini menurut saya membutuhkan pengalaman dibandingkan teori, meskipun tetap didasarkan pada teori. Pengalaman akan membentuk feeling atau sentuhan atau naluri, melalui hal-hal ini teori dipertajam.

Urgensi?
Melihat ketidakteraturan logistik pemilu maka bisa saya duga bahwa KPU tidak melakukan analisa terlebih dahulu yang melibatkan orang yang berpengalaman pada bidang logistik, atau rekanan KPU yang sangat tidak profesional di bidang logistik. Bagaimana tidak? Ribuan surat suara ada yang basa terkena hujan, masak sih pengemasan tidak diperhatikan? Belum lagi keterambatan pelipatan surat suara, sehingga perlu dikerahkan bayak “jin” seperti proyek loro jonggrang yang bak ujian mahasiswa menggunakan sistem kebut semalam. Menilik hal ini maka saya berpendapat lingkup manajemen logistik diperhatikan, dikaji dan didalami oleh orang-orang yang berkompeten, sehingga semua aktifitas di Indonesia dapat berjalan dengan produktifitas tingi. Perlu juga adanya forum2 terbuka mengenai logistik di Indonesia, tidak hanya dalam seminar formal yang banyak teorinya, tetapi melibatkan Industri yang berada pada level menengah atau level atas dimana Industri ini memiliki pengalaman bidang logistik cukup baik sehingga teori2 dapat lebih mendarat dan aplikatif di semua bidang.

Asosiasi?
Di Indonesia terdapat komunitas logistik, yaitu Asosiasi Logistik Indonesia, hal ini berarti telah ada orang-orang yang memandang bahwa pengaturan logistik sangat penting dan Ilmu, Pengetahuan dan Teknologi megenai logistik penting dibagikan dan dikembangkan. Namun di mana posisi Asosiasi Logistik Indonesia? Saya sebenarnya pernah menjadi Master of Ceremony acara Seminar Nasional yang mengadirkan perwakilan ALI, saat itu saya akui bahwa secara data dan penguasaan lapangan pihak ALI sangat baik dan pemikiran-pemikiran yang berkembang sangat membantu terciptanya produktifitas lebih tinggi.  Namun apa jadinya jika ALI kurang mengcover kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan atau informasi mengenai logistik, menurut saya ALI (mungkin sesuai dengan Visi, Misi atau tujuan awal) sangat mengedepankan kepentingan indutri atau dunia usaha, padahal sejatinya industri level menengah ke bawah, pihak pemerintah atau orang awam sangat membutuhkan pengetahuan dasar mengenai logistik
Namun memang semuanya kembali kepada diri masing-masing, apakah setiap diri sudah memandang pengetahuan dasar tentang Manajemen Logistik penting?

dikutip dari : "http://romailprincipe.wordpress.com/2010/02/02/logistik-yang-dipandang-tidak-penting/"